SITUS KARANGANYAR: KARAKTER SITUS LAHAN BASAH, ANCAMAN, DAN UPAYA PELESTARIANNYA

Main Article Content

Wasita Wasita

Abstract

Karanganyar adalah situs yang berada di lahan basah. Permasalahan yang hendak dipecahkan terkait dengan situs ini adalah mengenai karakter situsnya, ancaman kerusakan dan upaya yang perlu dilakukan dalam rangka mempertahankan kelestariannya. Metode yang digunakan dalam memecahkan permasalahan tersebut adalah deskriptif dengan penalaran induktif. Metode deskriptif diimplementasikan dengan cara menggambarkan temuan yang diperoleh, menerangkan hubungannya, memprediksi, dan menyimpulkan makna. Sementara itu, penalaran induktif digunakan untuk menemukan sebab-sebab yang tersembunyi, yaitu dengan metode persesuaian. Hasil kajian yang dilakukan adalah
diketahuinya karakter situs, yaitu situs pemukiman. Karakter yang diketahui ditawarkan sebagai model dalam pengembangan penelitian pemukiman lahan basah di Kalimantan Selatan. Selain itu, juga ditemukan ancaman yang selalu menghadang
kerusakan situs, yaitu kebakaran lahan gambut. Berkaitan dengan hal itu, upaya pelestarian yang dapat dilakukan adalah agar pihak arkeologi bersikap proaktif dengan mendekati dan memberikan pandangan ke berbagai stakeholder lain yang
membidangi dan berkepentingan menggarap lahan gambut, agar mereka turut serta melestarikan tinggalan arkeologi.

Article Details

How to Cite
Wasita, W. (2018). SITUS KARANGANYAR: KARAKTER SITUS LAHAN BASAH, ANCAMAN, DAN UPAYA PELESTARIANNYA. Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi, 1(1). https://doi.org/10.24832/ke.v1i1.1
Section
Articles

References

Afif, Afthonul. 2010. “ Leluhur Orang Nias dalam Cerita-cerita Lisan Nias”. Kontekstualita 25 (1): 53-79.

Aziz, Fadhila Arifin. 2004. “Strategi Subsistensi Komun itas Penghuni Gua Lawa dari Masa Holosen”. Amerta Berkala Arkeologi 23: 1-26.

Dahlian i. 2012. “Konsep Pengelolaan Tapak Permukiman di Lahan Rawa, Banjarmasin”. Lanting Journal of
Architecture 1 (2): 96-105.

Hadi, Priyatno. 2010. “Teknologi Pembuatan Perahu Kuno Punjulharjo”. Jurnal Penelitian Arkeologi 6 Perahu Nusantara. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta.

Mubekti. 2011. “Studi Pewilayahan Dalam Rangka Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan di Provinsi Riau”. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 13 (2): 8894.

Nitihaminoto, Gunadi. 1996. “Permukiman Daerah
Pedalaman dan Daerah Pantai Situs Tempursari”. Berkala Arkeologi XVI (2): 111.

Noor, Mohammad. 2001. Pertanian Lahan Gambut , Potensi dan Kendala. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Notohadinegoro, Tejoyuwono. 1999. “Lingkungan Kalimantan Peluang dan Kendala Bagi Pengelolaannya.” Jurnal Manusia dan Lingkungan PPLH-UGM, VI (17): 1-8

Putra, Chandra Agung Septiadi, Solichin Manuri, Heri yanto, dan Charles Sibagariang. 2011. Pohon-Pohon Hutan Alam Rawa Gambut Merang. Palembang: Merang
REDD Pilot Project, German International Cooperation – GIZ. Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika, Asas-asas Penalaran Sistematis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sari , Monika. 2013. “Situs Peninggalan
Kebudayaan Zaman Mesolitikum di Aceh Tamiang dan Upaya Pemerintah dalam Melestarikannya”. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Sulistiyono, Singgih Tri. 2012. “Sumber Daya Pangan Bahari Dalam Perspektif Sejarah”. Humanika 15 (IX): 8-26.

Sumodiningrat, Gunawan. 2007. Pemberdayaan
Sosial: Kajian Ringkas tentang Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

Thufail, Fadjar Ibnu. 1993. “Metode Analisis Struktur Perahu”. Berkala Arkeologi XIII (2): 28-45.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Simanjuntak, Harry Truman dkk. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Wasita. 2007. “Ekskavasi Pemukiman Lahan Basah di Situs Gambut, Kabupaten Banjar dan Patih Muhur, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan”. Laporan
Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.

Zubaidi, Fuad. 2009. “Arsitektur Kaili sebagai Proses dan Produk Vernakular”. Jurnal Ruang 1 (1): 27-37.