BENTENG KASTELA DAN SEBAB-SEBAB KEHANCURANNYA (THE KASTELA FORT AND CAUSES OF ITS DESTRUCTION)
Main Article Content
Abstract
Pulau Ternate merupakan salah satu pulau di Maluku Utara yang menjadi penghasil rempah-rempah berupa pala dan cengkeh. Daya tarik rempah-rempah menjadi pemicu datangnya bangsa Eropa ke Nusantara dalam rangka menguasai sumber rempah-rempah yang kala itu menjadi komoditas paling diminati di pasar Eropa. Portugis menjadi bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Maluku, tepatnya ke Ternate. Kedatangan Portugis ke Ternate disambut dengan baik oleh SultanTernate. Portugis mendapatkan hak monopoli untuk berdagang rempah-rempah di Maluku serta diizinkan untuk mendirikan benteng pertama di Maluku, yakni Benteng Kastela yang berfungsi sebagai benteng pertahanan juga sebagai kantor dagang dan permukiman Portugis, sekaligus sebagai sekolah teologi pertama di Asia tenggara. Namun kini Benteng Kastela hanya tersisa reruntuhannya saja. Penelitian ini betujuan untuk mencari penyebab hancurnya Benteng Kastela. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sejarah pembangunan Benteng Kastela akan dicari melalui kajian pustaka dan observasi untuk mendapatkan gambaran sebenarnya mengenai tingkat kerusakan benteng. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebab kerusakan Benteng Kastela selain karena perang juga diakibatkan oleh bencana alam berupa erupsi Gunung Gamalama.
Kata kunci: Ternate, Benteng Kastela, bencana alam, rempah-rempah
Ternate is one of island in the North Mollucas that has produced spices especially nutmag and clove. The appeal of spices triggered Europeans arrival to dominate the source of spices which had been popular commodities in European market. Portuguese was the first of European nation came to Maluku, precisely to Ternate. Portuguese had been welcomed by Ternate’s Sultanate and got monopolly rights over spices and permits to build the first fort in Mollucas, namely Kastela fort which was not just as fortress but also trading office and Portuguese settlement as well as theological school. Presently, Kastela fort only remains ruins, so the study aims to gain the causes of Kastela fort destruction. The method in this research is using descriptive qualitative. The history of Kastela fort is collected by litterature and observation around Kastela fort conduct to get information about level of damage. The result shows that the damages of Kastela fort were not just by war, but also by natural disaster.
Key words: Ternate, Kastela fort, natural disaster, spices
Article Details
- Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan dalam situs E-Journal Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik penulis naskah).
- Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), yang berarti indai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama Penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
- Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.
References
Bacharudin, Rudi dkk. 1996. Peta Kawasan Bencana Gunung Api Gamalama, Ternate, Maluku. Bandung: Badan Geologi.
Djafar, Irza Arnyta. 2007. Jejak Portugis di Maluku Utara. Yogyakarta: Ombak.
Poesponegoro, Marwati Djuned, Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Firmansyah. 2011. “Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Letusan Gunung Api Gamalama di Kota Ternate.” Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi 2 (3): 203-219.
Ibrahim, Maulana. 2018. Morfologi Kota Ternate. Ternate: Universitas Khairun.
Iriyanto, Nurachman. 2014. “Benteng-Benteng Eropa di Pulau Ternate”, dalam Benteng Dulu, Kini, dan Esok. Yogyakarta: Kepel Press.
Leirissa, R.Z. 2008. “Francois Valentijn Antara Estika dan Estetika.” Jurnal Wacana 10 (2): 207-213.
Paeni, Mukhlis. 2009. “Arsitektur” dalam Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pires, Tome. 2016. Suma Oriental. (penj) Adrian Perkasa, Anggita Pramesti. Yogjakarta: Ombak.
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.
Wallace, Alfred Russel. 2015. Kepulauan Nusantara Cet 1. (penj) Ahmad Asnawi dkk. Yogjakarta: Indoliterasi.
Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Era Klasik Hingga Terkini. Cetakan Pertama. Yogjakarta: Divapress.
Suwarsono, Dipo Yudhatama, Bambang Trisakti, dan Katmoko Ari Sambodo. 2013. “Pemanfaatan Citra Pi-SAR2 Untuk Identifikasi Sebaran Endapan Piroklastik Hasil Erupsi Gunung Api Gamalama Kota Ternate.” Jurnal Penginderaan Jauh 10 (1): 15-26.