BENTENG KALAMATA: TINJAUAN ASPEK PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN BENTENG [KALAMATA FORT: REVIEW OF SELECTION ASPECTS FOR BUILDING LOCATIONS]

Main Article Content

Laila Abdul Jalil

Abstract

Sebelum pulau rempah ditemukan, rempah-rempah diperdagangkan di Malaka dengan harga sangat mahal. Untuk menguasai sumber rempah-rempah, Portugis mengirim ekspedisi penjelajahan ke timur dan tiba di Ternate pada tahun 1512. Kedatangan bangsa Portugis di Ternate memberi dampak dalam bidang bangunan terutama benteng. Salah satu benteng Portugis yang berada di Pulau Ternate adalah Benteng Kalamata. Benteng Kalamata menggunakan material yang berasal dari alam berupa terumbu karang dan batu andesit sebagai konstruksi bangunan yang direkatkan menggunakan kalero yaitu batu karang yang dibakar lalu ditumbuk menjadi kapur. Fungsi Benteng Kalamata selain sebagai benteng pertahanan juga berperan sebagai pos pengamatan aktivitas bangsa Spanyol yang menguasai Tidore serta sebagai gudang rempah-rempah terutama cengkeh. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjadi alasan penentuan pendirian benteng. Keterbaruan dari penelitian ini adalah mengkaji Benteng Kalamata dari aspek keletakannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Pengumpuan data dilakukan melalui tahap observasi di sekitar kawasan Benteng Kalamata untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi lingkungan dan selanjutnya dianalisis dengan penalaran induktif. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengetahui sejarah pembangunan Benteng Kalamata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap fungsi lain dari Benteng Kalamata berdasarkan aspek keletakannya. Keterbaruan dari penelitian ini adalah mengkaji Benteng Kalamata dari aspek keletakannya. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa daerah Kayu Merah dipilih sebagai lokasi pembangunan Benteng Kalamata selain jarak pandang yang dekat ke Rum di Tidore yang menjadi daerah kekuasaan Spanyol, juga karena tersedianya terumbu karang dan batu andesit yang melimpah sebagai material untuk membangun benteng. 


Spices had been traded in Malacca with the very expensive rate before spices island was discovered., Portuguese sent an excursion to discover the east, and arrived in Ternate at 1521 to manage the supply of spices. The Portuguese arrival in Ternate had given an influence to the bulding area, mainly fortification. It can still be seen some of the forts in Ternate. One of them is Kalamata Fortress located in Kayu Merah Village, Ternate Selatan District, Ternate City. Kalamata Fort was built by nature substances such as coral reefs and andesite stone as development of bulding and glued together with kalero, coral reefs that were burned and crushed. The function of Kalamata is not only as a fortress but also as an observation post. This post had a duty to keep watch of Spanish activities who had managed the Tidore and spice warehouses especially cloves. The aim of this research is to reveal the establishment determining reasons of Kalamata Fort. This research uses descriptive analysis method. Data were collected through observation around fortress area to depict the environmental conditions, then it have been analyzed with inductive reasoning. Data were also obtain by reference studies of the Kalamatan historical construction. Furthermore, other functions of Kalamata Fort based on its layout as the novelty of this study will be revealed. The results of the study noted that Kayu Merah areas was chosen as the location where is Kalamata fortress constructed caused by the visibility closer to Rum, Spanish territory in Tidore, and the availability of coral reefs and andesite stone as the major of material building.

Article Details

How to Cite
Jalil, L. A. (2020). BENTENG KALAMATA: TINJAUAN ASPEK PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN BENTENG [KALAMATA FORT: REVIEW OF SELECTION ASPECTS FOR BUILDING LOCATIONS]. Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi, 6(1), 19-32. https://doi.org/10.24832/ke.v6i1.60
Section
Articles

References

Amal, Adnan M. 2010a. Kepulauan Rempah-Rempah : Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Amal, M. Adnan. 2010b. Portugis Dan Spanyol Di Maluku. Depok: Komunitas Bambu.

Andaya, Leonard Y. 2015. Dunia Maluku: Indonesia Timurpada Zaman Modern Awal. Yogyakarta: Ombak.

Angkotasan, Abdul Motalib, I. Wayan Nurjaya, dan Nyoman M. N. Natih. 2017. “Analisis Perubahan Garis Pantai di Pantai Barat Daya Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara.” Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 3(2):11–22.

Djafar, Irza Arnyta. 2006. Jejak Portugis Di Maluku Utara. Yogyakarta: Ombak.

Firmansyah, Firmansyah. 2011. “Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Letusan Gunung Api Gamalama di Kota Ternate.” Jurnal Lingkungan Dan Bencana Geologi 2(3):203–219.

Hasim, Rustam. 2019. “Dari Monopoli Hingga Pelabuhan Bebas: Aktivitas Perdagangan di Karesidenan Ternate 1854-1930.” Sasdaya: Gadjah Mada Journal of Humanities 3(2):151-179.

Ikqra, Boedi Tjahjono, dan Euis Sunarti. 2012. “Studi Geomorfologi Pulau Ternate dan Penilaian Bahaya Longsor.” Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan 14(1):1–6.

Iriyanto, Nurachman. 2014. “Benteng-benteng Kolonial Eropa di Pulau Ternate Anatomi Konflik Sumber Daya Alam dan Budaya Di Abad Eksplorasi Dunia”.” Hlm. 85–113 dalam Benteng Dulu Kini dan Esok., editor I. Adrisijanti. Yogyakarta: Kepel Press.

Jalil, Laila Abdul. 2018. “Benteng Kastela dan Sebab-Sebab Kehancurannya.” Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi 4(1):41–56.

Leirissa, R.Z, Shalifiyanti, Gunawan, dan Restu. 1999. Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra. Jakarta: Ilham Bangun Karya

Mansyur, Syahruddin. 2006. “Sistem Pertahanan di Maluku Abad XVII-XIX (Kajian Terhadap Pola Sebaran Benteng.” Kapata Arkeologi 2(3): 47–63.

Mansyur, Syahruddin. 2011. “Jejak Tata Niaga Rempah-rempah dalam Jaringan Perdagangan Masa Kolonial di Maluku.” Kapata Arkeologi 7(13):20–39.

Pires, Tome. 2016. Suma Oriental. Yogyakarta: Ombak.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Roelofsz, Meilink. 2016. Perdagangan Asia dan Pengaruh Eropa di Nusantara antara 1500 dan Sekitar 1630. Yogyakarta: Ombak.

Saputra, Hendra, Abdul Wahid Hasyim, and Arief Rachmansyah. 2015. “Penataan Kawasan Bencana Lahar Dingin di Kecamatan Ternate Tengah dan Ternate Utara Saputra The Indonesian Green Technology Journal.” Indonesian Green Technology Journal 4(1):1–10.

Sekretariat Kota Ternate. 2019. Peta Administrasi Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Ternate: Sekretariat Kota Ternate.

Sulistyawati, Purnamila dan AYPBC Widyatmoko. 2017. “Keragaman Genetik Populasi Kayu Merah (Pterocarpus Indicus Willd) Meggunakan Penanda Random Amplified Polymorphism DNA.” Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 11(1):67–76.

Suparman, Nurhasanah dan Nurmaya Papuangan. 2017. Pemetaan Populasi dan Tipe Varietas Lokal Tanaman Cengkeh (Syzygium Aromaticum L.) di Kecamatan Pulau Ternate. Ternate: Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara.

Suwindiatrini, K.A, Prasetyo, H.Y, Tomia, N. 2017. Arsitektur Benteng Kolonial di Pulau Ternate. Ternate: Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara.

Tjandrasasmita, Uka. 2001. “Struktur Masyarakat Kota Pelabuhan Ternate (Abad Ke-14 dan Abad Ke-17).” Hlm 39-58 dalam Ternate Bandar Jalur Sutera, editor Y. Kamaluddin, Ade, Gunawan, Restu, Mile. Jakarta: Penerbit Lintas.

Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Wirjomartono,B, Sukada, B.A, Sudrajat, I, Tjahyono, G, Widodo, J, Prijotomo, J, Prajudi, R, Siregar, S.A, Murtiyoso, S, Saliya, Y. 2009. Arsitektur, editor M. Paeni. Jakarta: Rajawali Press.