BANGUNAN CAGAR BUDAYA BERLANGGAM TIONGHOA DI MADIUN [THE HERITAGE OF TIONGHOA HOUSE STYLE IN MADIUN]
Main Article Content
Abstract
Kota Madiun merupakan salah satu kota di Jawa Timur sebagai tempat masyarakat Tionghoa bermukim sejak abad ke-15 Masehi (M), dan memiliki peran penting dalam menghidupkan perekonomian kota sebagai pedagang perantara. Masyarakat Tionghoa tersebut meninggalkan jejak budaya material berupa bangunan dengan kekhasan yang jarang ditemukan di kota lain di Jawa. Tulisan ini berdasarkan penelitian untuk mengidentifikasi kondisi existing bangunan, dan persepsi masyarakat mengenai pelestarian dan pemanfaatan bangunan berlanggam Tionghoa sesuai dengan UU Cagar Budaya No.11/2010 dan prinsip-prinsip pelestarian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif berfokus pada tiga rumah tinggal keluarga Tionghoa dengan menggunakan teknik pengambilan data berupa penelitian pustaka, pengamatan, wawancara, dan diskusi terarah, dengan para informan utama merupakan masyarakat lokal Kota Madiun. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ketiga bangunan berlanggam Tionghoa tersebut cukup terawat, dan layak untuk dijadikan bangunan cagar budaya dan dilestarikan, dengan perawatan yang intensif. Pelestarian cagar budaya ini juga sebaiknya dengan melibatkan masyarakat lokal terutama dalam proses perencanaan pelestarian, pelaksanaan pelestarian, dan promosi pelestarian sekaligus sebagai destinasi wisata.
The Tionghoa (Indonesia Chinese) community has settled down in Madiun since 15th centuries, and has had important role in economy life as middle trader. This Tionghoa community has given of typical building heritage which is rare found out in other cities of East Java. The research has a purpose to identified existing building, and community perception of Tionghoa conservation and management building based on Cultural Heritage Laws No.11/2010, and conservation principles. This qualitative description focuses on three Tionghoa buildings by applicating the literature study, observation, interview, and focus group discussion methods of primary informants who are member of local community in Madiun. The research result gives the picture of three of Tionghoa building in good condition enough, and deserve to be conserve as heritage building with intensive conservation. The heritage building conservation should involve the local community mostly in the planning, implementation, and promoting the heritage building as tourism destination.
Article Details
- Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan dalam situs E-Journal Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik penulis naskah).
- Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), yang berarti indai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama Penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
- Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.
References
Batara, Kecapi. 2018. Bangunan Cagar Budaya Berlanggam Cina di Jakarta. Jakarta: Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Blusse, Leonard. 2017. “The Kai Ba Lidai Shiji, An Autonomous History of the Chinese Community of Batavia/Jakarta in the VOC Period.” Wacana Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya 18 (2): 385-401.
Budihardjo, Eko. 1997. 1997. ““Marketing Cultural Heritage.” Hlm 77-83 dalam Preservation and Conservation of Cultural Heritage in Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dharma A.W, Lukman Hadi, Antariksa, dan Eddi Basuki Kurniawan. 2014. “‘Pelestarian Kawasan dan Bangunan Kuno Bersejarah Pusat Kota Probolinggo.’” Arsitektur E-Journal 7 (2): 102-114.
Gill, Ronald. 1997. “‘Dutch Colonial Settlements and Towns in Java.’” Hlm. 56-76 dalam Preservation and Conservation of Cultural Heritage in Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Handinoto. 2010. Arsitektur dan Kota-kota di Jawa pada Masa Kolonial. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Knapp, Ronald. G. 2010. Chinese Houses of Southeast Asia. Singapore: Tuttle Publishing.
Onghokham. 2014. Madiun dalam Kemelut Sejarah. Jakarta: KPG.
Passier, Cor. 2011. “Bangunan dan Teknologi Membangun di Zaman Kolonial.” Hlm. 85 dalam Pengantar Panduan Konservasi Bangunan Bersejarah Masa Kolonial. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur.
Qijun, Wang. 2011. Chinese Architecture. Shanghai: Shanghai Press and Publishing Development Company and Better Link Press.
Soedarsono, Woerjantari. 2011. Pelestarian Kota Tua di Indonesia. Jakarta: Direktorat Cagar Budaya Bawah Air dan Masa Kolonial, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Soma, Clarissa Jesslyn dan Dr.Ir. Alwin S. Sombu, M. T. 2018. “‘Adaptation and Conservation of the Sri Manganti Hall at Yogyakarta’s Keraton Palace Complex.’” Jurnal RISA (Riset Arsitektur) 2(1):35–52.
Subijono, Endy. 2011. “‘Konservasi Dari Sudut Pandang Etika Profesi Arsitek’.” Hlm. 25-37 dalam Pengantar Panduan Konservasi Bangunan Bersejarah Masa Kolonial. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur.