TRADISI MINUM TEH ETNIS TIONGHOA DI JAKARTA DULU DAN SEKARANG
Main Article Content
Abstract
Abstrak. Minum teh sudah menjadi tradisi etnis Tionghoa di Batavia secara turun-temurun. Etnis Tionghoa juga mengenalkan tradisi minum teh kepada masyarakat lain di Batavia, yang saat ini dikenal sebagai Jakarta. Pembahasan mengenai tradisi minum teh yang dilakukan oleh etnis Tionghoa di Batavia pada masa lalu dan di Jakarta saat ini merupakan hal yang menarik. Penelitian ini membahas tentang bagaimana tradisi minum teh dilakukan oleh etnis Tionghoa pada masa lalu, apa maknanya, dan adakah pergeseran makna yang terjadi saat ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyebarkan pengetahuan tradisi minum teh etnis Tionghoa di Jakarta sebagai bagian dari budaya Indonesia agar dapat dilestarikan oleh generasi berikutnya. Kajian ini menggunakan pendekatan etnohistori dengan kajian pustaka, pengamatan dan wawancara dengan masyarakat Tionghoa di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi minum teh merupakan representasi nilai luhur masyarakat Tionghoa yang menganut agama Budha, Konghucu, dan Tao. Namun, tradisi minum teh saat ini sudah mengalami pergeseran makna dan tidak lagi dilakukan sesuai dengan nilai-nilai luhur masa lalu. Sebagian besar masyarakat Tionghoa di Jakarta sekarang meminum teh sebagai bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari tanpa melihat tata cara dan maknanya.
Abstract. Drinking tea has been a Chinese tradition in Batavia for generations. They also introduced this tradition to other communities in Batavia, which is now known as Jakarta. Talking about the drinking tea tradition carried out by Chinese people in old Batavia and in Jakarta recently is quite interesting. This study discusses how this tradition carried out in the past, means, and is there a shift in meaning today. The research aimed to spread the Chinese drinking tea tradition in Jakarta as part of Indonesian culture so could be preserved by the next generation. This study uses an ethnohistorical approach with literature review, observations and interviews with the Chinese community in Jakarta. The results showed that the Chinese drinking tea tradition is a representation of the noble values of the Chinese community who adhere to Buddhism, Confucianism, and Taoism. However, this tradition today has experienced a shift in meaning and no longer carried out with values. Recently, most Chinese people in Jakarta drink tea as part of their daily habits regardless of the rites and meanings.
Article Details
- Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan dalam situs E-Journal Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik penulis naskah).
- Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), yang berarti indai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama Penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
- Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.
References
Arsip Nasional Republik Indonesia. 2016. Khazanah Arsip Perkebunan Teh Priangan. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Blackburn, S. 2012. Jakarta Sejarah 400 Tahun. Masup Jakarta.
Blusse, L. 2017. The Kai Ba Lidai Shiji, An autonomous history of the Chinese community of Batavia/Jakarta in the VOC period. Chinese Indonesians in Historical Perspective”. Wacana Journal of the Humanities of Indonesia:, 385–401.
Brinkgreve, Francine, L. J. 2017. The Chinese Indonesia collections in the National Museum of World Cultures, the Netherlands. Wacana, 18(No.2), 278.
Martin, Laura. C. 2018. Sejarah Teh Asal Usul dan Perkembangan Minuman Favorit Dunia. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Daliman, P. A. 2017. Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal Abad XX. Yogyakarta: Ombak.
Emsan. 2014. Filosofi-filosofi Warisan Tiongkok Kuno. Laksana.
Vlekke, Bernard H.M. 2017. Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG.
Haryono, S. 2017. Perkawinan Strategis Hubungan Keluarga antara Opsir Opsir Tionghoa dan “Cabang Atas” di Jawa pada Abad ke 19 dan 20.
Liji, L. 2012. Dari Relasi Upeti ke Mitra Strategis, 2.000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia. Jakarta: Kompas Penerbit Buku.
M Fazel. Solaiman. 2017. Ethnohistory of the Qizilbash in Kabul: Migration, State and a Shi’a Minority. Indiana University.
Nuralia, L. 2018. Bangunan Perkebunan Teh di Zaman Belanda di Jawa Barat: Kajian Arkeologi Publik. Kalpataru, 27(1), 45.
Rahman, F. 2016. Jejak Rasa Nusantara Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Stroomberg, D. . 2018. Hindia Belanda 1930. IRCiSoD.
Suganda, H. 2014. Kisah Para Preanger Planters. Kompas.
Tanudirjo, Daud. Aris. 1987. Penerapan Etnoarkeologi di Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM.